Kamis, 26 April 2012

Membuat Cake dan Brownies dengan Tepung Mocaf

Pembuatan Cake dan Brownies Berbahan Dasar Tepung Mocaf

Program pembuatan cake dan brownies dari tepung mocaf ini adalah salahsatu program yang mendukung kemajuan perekonomian masyarakat di desa Pamekaran. Program ini sendiri merupakan program yang disusun sebagai program dosen pembimbing lapangan. 
Peserta dari penyuluhan pembuatan cake dan brownies ini adalah ibu-ibu PKK karena dinilai cukup representatif di Desa Pamekaran ini. Peserta kegiatan ini terdiri ibu-ibu terdiri dari dusun I (Cikondang), Dusun II (Cimacan), dan Dusun III (Cikeusik).

Program ini diadakan di kantor  desa yang terletak di Dusun II (Cimacan). Program ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan masyarakat desa Pamekaran khususnya ibu-ibu di desa Pamekaran dalam mengolah hasil pertanian mereka khususnya ubi dan singkong menjadi berbagai cake dan brownies dengan menggunakan tepung mocaf (tepung yang terbuat dari ubi/singkong).

Kami berharap dengan meningkatnya kemampuan ibu-ibu dalam mengolah ubi/singkong menjadi berbagai macam kue dan brownies dapat membuka peluang usaha baru di Kecamatan Rancakalong ini , khususnya di Desa Pamekaran.

Sumber : http://blogs.unpad.ac.id/pamekarankknm2012/



MOCAF SUPER CEPAT

MOCAF SUPER CEPAT



LEBIH CEPAT LEBIH BAIK, Membuatan tepung Mocaf sebetulnya bisa lebih cepat asal pengirisan ubi kayu tipis-tipis, agar bioaktivator M-BIO mudah mengeluarkan zat-zat yang mengganggu terhadap kualitas tepung Mocaf. pengalaman kami malah hanya 0,5 jam lalu cucu bersih dan jemur sudah dapat membuat kue dan mie yang kaya karbohidrat Tinggal tambah protein dan mineral lainnya. Maka jadilah makanan yang Lezat.... Caranya ? Lihat blog yang lain...



MOCAF SUPER CEPAT, SIAPA PERCAYA, hanya yang sudah melaku


























BAGAIKAN KECEPATA PELARI DUNIA

BAGAIKAN KECEPATA PELARI DUNIA



Sumber : http://mocaftercepat.blogspot.com/



Usaha Tepung Mocaf Tanpa Limbah

Usaha Tepung Mocaf Tanpa Limbah

Sticker kemasan tepung mocaf
 
Membuat tepung terigu sekarang tidak hanya bisa terbuat dari gandum tapi ternyata bisa juga dibuat dari fermentasi singkong. Namanya sekarang populer dengan 'Tepung Mocaf' atau modified cassava flour hasil penelitian pertama dari Dr. Achmad Subagio staf pengajar di Universitas Negeri Jember Jawa Timur. Hanya tepung terigu ini tidak ada glutennya seperti halnya tepung terigu yang dari gandum. Tapi dengan tidak adanya gluten ini, justru tepung mocaf baik untuk anak-anak penderita autis. Tidak hanya itu. Tepung mocaf sudah terbukti sebagai bahan pangan yang bisa dipakai untuk bahan baku membuat segala macam jajanan pasar, roti, biscuit, brownies, mie dll hampir seluruh makanan yang biasanya dibuat dari tepung terigu, bisa digantikan dengan tepung mocaf (hampir 100%).

Bahan baku singkong tersedia melimpah dan murah diseluruh Indonesia. Karena singkong mudah ditanam disemua jenis tanah yang ada diseluruh pelosok Nusantara. Selama ini hasil panen singkong lebih banyak dibuat gaplek  dari pada diolah menjadi bahan baku setengah jadi atau produk lain yang mempunyai nilai tambah lebih tinggi. Padahal teknologi fermentasi atau mengolah singkong menjadi produk lain, misalnya menjadi tepung mocaf tidaklah sulit. Ditingkat petanipun bisa melakukan produksi tepung mocaf  sendiri didesa ybs tanpa perlu datang kekota besar. Yang perlu dibawa ke kota besar adalah produk jadinya yaitu tepung mocafnya. Bukan bahan bakunya atau proses produksinya tapi sekali lagi hasil produknya yang dibawa kekota. Walaupun tepung mocaf itu sendiri juga laku didesa setempat. Sebenarnya tergantung tingkat produksinya. Kalau kecil, cukup dijual didesa setempat saja pasti laku.
 
Kebutuhan tepung-tepungan bahan pangan di Indonesia, sangatlah besar. Contohnya kebutuhan (import) tepung terigu sekarang sudah jutaan ton dan terus meningkat setiap tahun. Kalau kebutuhan import tepung terigu tsb 30% bisa digantikan tepung mocaf dalam negeri, alangkah besarnya kebutuhan tepung mocaf didalam Negeri dan alangkah besarnya sumbangan penghematan devisa yang bisa dilakukan oleh tepung mocaf untuk Negara. Disamping itu akan tercipta peluang wirausaha membuat tepung mocaf secara mandiri yang yang otomatis bisa menyerap ribuan bahkan mungkin ratusan ribu tenaga kerja ditingkat Desa. Sehingga diharapkan dapat mengurangi tingkat urbanisasi para tenaga kerja muda ke Kota.


Kemasan tepung mocaf ukuran kecil
 
Memproduksi bahan pangan (tepung mocaf) tidak perlu khawatir tidak laku dijual. Penduduk Indonesia semakin tahun terus semakin meningkat dan   pasti butuh pemenuhan bahan pangan. Apalagi tepung mocaf bukan barang yang mudah basi. Bisa digudangkan selama 1 tahun bila dikemas dengan baik dalam kemasan hampa udara (dengan vacum sealer). Sehingga layak untuk di-export keluar negeri yang bisa mendatangkan devisa (bukan malah mengeluarkan devisa).

Dengan terciptanya peluang usaha tepung mocaf, diharapkan dapat membantu meningkatkan harga jual singkong ditingkat petani yang selama ini dihargai sangat rendah. Sehingga para petani dapat ikut tersenyum merasakan hasil panen yang lebih baik. Tanah-tanah kosong atau lahan tidur yang selama ini banyak dibiarkan terlantar, bisa diolah untuk ditanami singkong unggul. Tidak dibiarkan menjadi lahan yang tidak produktif. Sayang sekali kalau terus dibiarkan. Padahal lahan kosong kalau dibiarkan terus menerus tidak ditanami dengan tanaman produktif, akan menjadi kurus dan keras karena kekurangan unsur organik.

Pembuatan tepung mocaf dalam skala kecil maupun besar memang perlu memikirkan limbah fermentasinya secara serius agar tidak menganggu lingkungan. Limbah cair fermentasi kalau dibuang ke sungai atau pada lahan terbuka lainnya, bisa mencemari udara (bau) dan mencemari air sumur karena adanya kandungan asam sianida walaupun kecil. 

Namun sekarang sudah ditemukan manajemen cara membuat tepung mocaf yang tanpa limbah. Karena semua limbahnya dapat dimanfaatkan untuk bahan baku produk turunan yang bisa menghasilkan uang berlipat-lipat. Baik limbah padatnya maupun limbah cairnya. Limbah cairnya bisa dijadikan bahan dasar pembuatan Nata De Mocaf dll. Sedangkan limbah padatnya bisa untuk makanan ternak kambing unggul yang sangat menguntungkan.

Limbah Cair dari fermentasi mocaf
 
Untuk memulai usaha memproduksi tepung mocaf tanpa limbah tidak perlu dengan modal besar dan lahan yang luas. Cukup dengan uang 2 jutaan dan lahan 20 M2 dibelakang rumah sudah bisa menghasilkan 1 kwintal tepung mocaf per minggu untuk memenuhi kebutuhan pasar setempat. Cocok bagi masyarakat umum yang modal awalnya pas-pasan. Atau untuk para Pemuda yang sudah bosan jadi pegawai kontrakan/outsourcing. Silahkan alih profesi mulai sekarang. Apabila ada yang ingin berdiskusi tentang tepung mocaf, tinggalkan komentar dibawah ini atau kirim email ke mocaf.terpadu@gmail.com


Sumber : http://www.paketusahamenjanjikan.com/2011/09/blog-ini-masih-dalam-perbaikan.html

Selasa, 25 Januari 2011

Ny. Sadjilah, KTNA dari DKI Jakarta - Mengolah Tepung "MOCAF" sebagai Pengganti Terigu

Ny. Sadjilah, KTNA dari DKI Jakarta - Mengolah Tepung "MOCAF" sebagai Pengganti Terigu

Dalam upaya pelaksanaan diversifikasi pangan agar tidak tergantung kepada beras dan tepung terigu, masih banyak komoditi lainnya sebagai substitusi. Di antaranya ubi kayu atau singkong, ubi jalar, talas, suweg, ganyong, gadung, gembili, jagung dan lain-lain.

Untuk setiap 100 gram umbi-umbian memiliki kandungan 75% BBD (bagian yang dapat dimakan), 146 kal energi, 1,2 gram protein dan 0,39 gram lemak. Oleh karena itu mengingat mempunyai nilai gizi yang cukup tinggi, umbi-umbian sebagai pangan tambahan atau substitusi beras dan terigu dapat disajikan kepada masyarakat dalam bentuk olahan yang menarik dan enak rasanya, serta murah harganya.

Pengganti Terigu
Bahan baku terigu sebagian besar tergantung dari luar negeri, sehingga dikhawatirkan akan terjadi ketergantungan. Upaya mengantisipasi pengganti terigu telah dilaksanakan oleh INKOPTAN (Induk Koperasi Tani) dengan memproduksi MOCAF (Modified Cassava Flour) yang kini sudah mulai diperkenalkan kepada masyarakat.

Tepung ubi kayu yang dikenal dengan nama MOCAF tersebut adalah produk turunan dari ubi kayu yang menggunakan prinsip modifikasi sel ubi kayu secara fermentasi. Tepung MOCAF memiliki karakter yang berbeda dengan tepung ubi kayu biasa dan tapioka, terutama dalam hal derajat viskositas, kemampuan gelasi, daya rehidrasi dan kemudahan melarut.

Dengan melihat sepintas saja secara fisual nampak perbedaan yang nyata dalam hal warna maupun aroma. Tepung MOCAF berwarna lebih putih dan berbau netral (tidak berbau apek khas ubi kayu), sehingga dapat menggantikan posisi terigu. “Ternyata harga MOCAF Rp. 5.500/kg, sedangkan terigu Rp. 7.000/kg sehingga lebih murah”, kata Sadjilah, KTNA dari DKI Jakarta, seorang petani pengolahan hasil pertanian yang memproduksi kue-kue dari bahan baku MOCAF.

Beralih ke MOCAF

Menurut Sadjilah yang asli Yogyakarta dan dikaruniai 3 orang putri, usaha pembuatan kue dengan bahan baku MOCAF telah dimulai sejak 1 tahun. Semula kue yang diproduksi mempergunakan tepung terigu namun karena harga bahan bakunya mahal beralih ke MOCAF dengan membeli dari INKOPTAN. Ternyata dengan mempergunakan bahan baku dari dalam negeri di samping harganya lebih murah dapat membantu petani singkong dari berbagai daerah yang diolah INKOPTAN.

Sumber : http://www.sinartani.com/kontaktani/ny.-sadjilah-ktna-dki-jakarta-mengolah-tepung-quotmocafquot-sebagai-pengganti-terigu-1228189015.htm


Jumat, 22 Januari 2010









Mocaf: Fermentasi 1 Jam

Sumber : Majalah Trubus

Istanbul, Turki, pertengahan Desember 2009. Daniel Gyurta, perenang berkebangsaan Hungaria, mencetak rekor dunia baru renang 200 m gaya dada putra dengan catatan waktu 2 menit 00,67 detik. Itu lebih cepat 1,31 detik di banding rekor perenang Australia, Christian Sprenger, 5 bulan sebelumnya. Makin ringkasnya waktu juga terjadi pada proses fermentasi mocaf. Jika semula butuh 7 - 8 jam, kini cukup 1 jam.

Proses fermentasi modified cassava flour (mocaf) selama 7 - 8 jam melibatkan 3 kali penambahan bakteri alias enzim. Enzim pertama berfungsi menetralisir air agar nyaman bagi bakteri untuk tumbuh dan berkembang biak. Enzim kedua, berfungsi merombak pati dan dinding sel singkong. Sementara enzim ketiga bertugas menghentikan fermentasi. Ada juga proses yang hanya memanfaatkan 1 kali penambahan bakteri, tapi waktu fermentasi relatif sama: 7 - 8 jam.

Di tangan Ir Iskandar Mamoen MS, periset di Departemen Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi, Tasikmalaya, Jawa Barat, proses fermentasi mocaf lebih cepat, cukup 1 jam. Penambahan mikroba, Iskandar menyebutnya bioaktivator, pun cukup sekali. Iskandar yang meriset pemanfaatan bioaktivator untuk proses fementasi mocaf sejak Maret 2009, menyebut tepung buatannya itu sebagai motes alias modifikasi tepung singkong.


Peran enzim selulase

Iskandar menggunakan bioaktivator berupa kumpulan beberapa spesies mikroba. Sebut saja Lactobacillus sp, selubizing phospate bacteria - bakteri pelarut fosfat, Azetobacter sp, dan ragi. Iskandar enggan menyebutkan asal isolasi bakteri itu. Mikroba-mikroba itu menghasilkan asam laktat yang berperan dalam meningkatkan proses dekomposisi atau pemecahan lignin dan selulosa. Selain asam laktat, bioaktivator menghasilkan enzim selulase.

Prof Ir Haryadi MAppSc PhD, guru besar Teknologi Pangan dan Hasil Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, menduga percepatan fermentasi menjadi 1 jam karena adanya enzim selulase itu. Enzim itu berperan mendegradasi selulosa yang membungkus pati ubikayu. 'Kombinasi asam laktat dan enzim selulase memungkinkan proses fermentasi terjadi dalam waktu 1 jam,' ungkap Haryadi.

Tanpa pemecahan selulosa, proses pengolahan singkong sekadar menghasilkan tepung gaplek. Aroma singkongnya pun masih menyengat. Dengan fermentasi menggunakan asam laktat tidak hanya didapat mocaf yang bertekstur halus - karena selulosa hancur - tapi juga aroma singkong hilang dan warna tepung putih.

Sementara menurut Dr Achmad Subagio MAgr dari Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Jember, Jawa Timur, proses fermentasi mocaf selama 1 jam tak memungkinkan. Musababnya mikroba yang dipergunakan tak bisa langsung bekerja mendegradasi selulosa. 'Mikroba mulai bekerja setelah 3 - 4 jam. Pada 1 jam pertama mikroba mirip bayi belum bisa beraktivitas,' ungkap doktor kimia pangan alumnus Osaka Prefecture University itu.

Hasil riset Iskandar menunjukkan pemakaian bioaktivator untuk pembuatan tepung mocaf selama ?? jam tak memberikan hasil optimal. 'Ketika digiling, serat singkong masih banyak yang panjang dan kasar,' ungkap Iskandar. Serat belum terdegradasi sempurna oleh mikroba. Perlakuan lebih dari 1 jam menyebabkan singkong terlalu lembek sehingga tak layak dijadikan tepung.

Rendemen naik

Tak hanya waktu fermentasi yang lebih singkat, jumlah rendemen pun meningkat menjadi 40%, sebelumnya 30 - 33%. Biasanya untuk menghasilkan 1 kg tepung mocaf diperoleh dari 3 kg singkong. 'Dengan bioaktiviator, 1 kg tepung mocaf cukup dihasilkan dari 2,5 kg singkong yang telah dikupas,' ungkap Iskandar. Untuk fermentasi 1 ton singkong segar cukup dibutuhkan 1 liter bioaktivator seharga Rp35.000. Menurut Dr Solihin dari Balai Penelitian Kacang-kacangan dan Umbi-umbian, Malang, Jawa Timur, kadar air singkong saat panen menentukan rendemen tepung mocaf. Semakin tinggi kadar air maka rendemen mocaf semakin rendah.

Proses fermentasi yang lebih cepat dan rendemen meningkat pada gilirannya berpengaruh pada biaya produksi. Jika pada proses fermentasi 7 - 8 jam menghabiskan biaya Rp2.500 - Rp3.000 untuk menghasilkan 1 kg mocaf, maka pada pada fermentasi 1 jam ongkosnya cukup Rp2.000 - Rp2.100. (Faiz Yajri)

Sumber : http://www.trubus-online.co.id/mod.php?mod=publisher&op=viewarticle&cid=12&artid=2198

Kamis, 07 Januari 2010

Alat Pengolahan Tepung Mocal


Mesin Perajang Singkong


Alat Perajang Singkong juga


Enzim stater Teoung Bimo-C (Bio Mocaf). Dengan stater ini diperlukan waktu rendam hanya 12 jam.


Alat Pengering tenaga matahari. Pada saat cuaca tidak cerah pada alat pengering ini juga dipasang alat pemanas dan blower.


Alat penepung Chip menjadi Tepung Moca.

Minggu, 06 Desember 2009

BUDIDAYA TANAMAN SINGKONG


BUDIDAYA TANAMAN SINGKONG

I. SYARAT PERTUMBUHAN

1.1. Iklim
a) Curah hujan yang sesuai untuk tanaman ketela pohon antara 1.500-2.500 mm/tahun.
b) Suhu udara minimal bagi tumbuhnya ketela kohon sekitar 10 derajat C. Bila suhunya di bawah 10 derajat C menyebabkan pertumbuhan tanaman sedikit terhambat, menjadi kerdil karena pertumbuhan bunga yang kurang sempurna.
c) Kelembaban udara optimal untuk tanaman ketela pohon antara 60-65%.
d) Sinar matahari yang dibutuhkan bagi tanaman ketela pohon sekitar 10 jam/hari terutama untuk kesuburan daun dan perkembangan umbinya.

1.2. Media Tanam
a) Tanah yang paling sesuai untuk ketela pohon adalah tanah yang berstruktur remah, gembur, tidak terlalu liat dan tidak terlalu poros serta kaya bahan organik. Tanah dengan struktur remah mempunyai tata udara yang baik, unsur hara lebih mudah tersedia dan mudah diolah. Untuk pertumbuhan tanaman ketela pohon yang lebih baik, tanah harus subur dan kaya bahan organik baik unsur makro maupun mikronya.

b) Jenis tanah yang sesuai untuk tanaman ketela pohon adalah jenis aluvial latosol, podsolik merah kuning, mediteran, grumosol dan andosol.

c) Derajat keasaman (pH) tanah yang sesuai untuk budidaya ketela pohon berkisar antara 4,5-8,0 dengan pH ideal 5,8. Pada umumnya tanah di Indonesia ber-pH rendah (asam), yaitu berkisar 4,0-5,5, sehingga seringkali dikatakan cukup netral bagi suburnya tanaman ketela pohon.

1.3. Ketinggian Tempat
Ketinggian tempat yang baik dan ideal untuk tanaman ketela pohon antara 10–700 m dpl, sedangkan toleransinya antara 10–1.500 m dpl. Jenis ketela pohon tertentu dapat ditanam pada ketinggian tempat tertentu untuk dapat tumbuh optimal.

II. PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA

2.1. Pembibitan
2.1.1. Persyaratan Bibit
Bibit yang baik untuk bertanam ketela pohon harus memenuhi syarat sebagai berikut:
a) Ketela pohon berasal dari tanaman induk yang cukup tua (10-12 bulan).
b) Ketela pohon harus dengan pertumbuhannya yang normal dan sehat serta seragam.
c) Batangnya telah berkayu dan berdiameter + 2,5 cm lurus.
d) Belum tumbuh tunas-tunas baru.

2.1.2. Penyiapan Bibit
Penyiapan bibit ketela pohon meliputi hal-hal sebagai berikut:
a) Bibit berupa stek batang.
b) Sebagai stek pilih batang bagian bawah sampai tengah.
c) Setelah stek terpilih kemudian diikat, masing-masing ikatan berjumlah antara 25–30 batang stek.
d) Semua ikatan stek yang dibutuhkan, kemudian diangkut ke lokasi penanaman.

2.2. Pengolahan Media Tanam
2.2.1. Persiapan
Kegiatan yang perlu dilakukan sebelum pengolahan lahan adalah:
a) Pengukuran pH tanah dilakukan dengan menggunakan kertas lakmus, pH meter dan cairan pH tester.
b) Penganalisaan jenis tanah pada contoh atau sempel tanah yang akan ditanami untuk mengetahui ketersediaan unsur hara, kandungan bahan organik.
c) Penetapan jadwal/waktu tanam berkaitan erat dengan saat panen. Hal ini perlu diperhitungkan dengan asumsi waktu tanam bersamaan dengan tanaman lainnya (tumpang sari), sehingga sekaligus dapat memproduksi beberapa variasi tanaman yang sejenis.
d) Luas areal penanaman disesuaikan dengan modal dan kebutuhan setiap petani ketela pohon. Pengaturan volume produksi penting juga diperhitungkan karena berkaitan erat dengan perkiraan harga pada saat panen dan pasar. Apabila pada saat panen nantinya harga akan anjlok karena di daerah sentra penanaman terjadi panen raya maka volume produksi diatur seminimal mungkin.

2.2.2. Pembukaan dan Pembersihan Lahan
Pembukaan lahan pada intinya merupakan pembersihan lahan dari segala macam gulma (tumbuhan pengganggu) dan akar-akar pertanaman sebelumnya. Tujuan pembersihan lahan untuk memudahkan perakaran tanaman berkembang dan menghilangkan tumbuhan inang bagi hama dan penyakit yang mungkin ada. Pembajakan dilakukan dengan hewan ternak, seperti kerbau, sapi, atau pun dengan mesin traktor.
Pencangkulan dilakukan pada sisi-sisi yang sulit dijangkau, pada tanah tegalan yang arealnya relatif lebih sempit oleh alat bajak dan alat garu sampai tanah siap untuk ditanami.

2.2.3. Pembentukan Bedengan
Bedengan dibuat pada saat lahan sudah 70% dari tahap penyelesaian. Bedengan atau pelarikan dilakukan untuk memudahkan penanaman, sesuai dengan ukuran yang dikehendaki. Pembentukan bedengan/larikan ditujukan untuk memudahkan dalam pemeliharaan tanaman, seperti pembersihan tanaman liar maupun sehatnya pertumbuhan tanaman.

2.2.4. Pengapuran
Untuk menaikkan pH tanah, terutama pada lahan yang bersifat sangat masam/tanah gembut, perlu dilakukan pengapuran. Jenis kapur yang digunakan adalah kapur kalsit/kaptan (CaCO3). Dosis yang biasa digunakan untuk pengapuran adalah 1-2,5 ton/ha. Pengapuran diberikan pada waktu pembajakan atau pada saat pembentukan bedengan kasar bersamaan dengan pemberian pupuk kandang.

2.3. Teknik Penanaman

2.3.1. Penentuan Pola Tanam
Pola tanaman harus memperhatikan musim dan curah hujan. Pada lahan tegalan/kering, waktu tanam yang paling baik adalah awal musim hujan atau setelah penanaman padi. Jarak tanam yang umum digunakan pada pola monokultur ada beberapa alternatif, yaitu 100 X 100 cm, 100 X 60 cm atau 100 X 40 cm. Bila pola tanam dengan sistem tumpang sari bisa dengan jarak tanam 150 X 100 cm atau 300 X 150 cm.

2.3.2. Cara Penanaman
Cara penanaman dilakukan dengan meruncingkan ujung bawah stek ketela pohon kemudian tanamkan sedalam 5-10 cm atau kurang lebih sepertiga bagian stek tertimbun tanah. Bila tanahnya keras/berat dan berair/lembab, stek ditanam dangkal saja.

2.4. Pemeliharaan Tanaman
2.4.1. Penyulaman
Untuk bibit yang mati/abnormal segera dilakukan penyulaman, yakni dengan cara mencabut dan diganti dengan bibit yang baru/cadangan. Bibit atau tanaman muda yang mati harus diganti atau disulam. Pada umumnya petani maupun pengusaha mengganti tanaman yang mati dengan sisa bibit yang ada. Bibit sulaman yang baik seharusnya juga merupakan tanaman yang sehat dan tepat waktu untuk ditanam. Penyulaman dilakukan pada pagi hari atau sore hari, saat cuaca tidak terlalu panas. Waktu penyulaman adalah minggu pertama dan minggu kedua setelah penanaman. Saat penyulaman yang melewati minggu ketiga setelah penanaman mengakibatkan perbedaan pertumbuhan yang menyolok antara tanaman pertama dan tanaman sulaman.

2.4.2. Penyiangan
Penyiangan bertujuan untuk membuang semua jenis rumput/ tanaman liar/pengganggu (gulma) yang hidup di sekitar tanaman. Dalam satu musim penanaman minimal dilakukan 2 (dua) kali penyiangan.

2.4.3. Pembubunan
Cara pembubunan dilakukan dengan menggemburkan tanah di sekitar tanaman dan setelah itu dibuat seperti guludan. Waktu pembubunan dapat bersamaan dengan waktu penyiangan, hal ini dapat menghemat biaya. Apabila tanah sekitar tanaman Ketela pohon terkikis karena hujan atau terkena air siraman sehingga perlu dilakukan pembubunan/di tutup dengan tanah agar akar tidak kelihatan.

2.4.4. Perempelan/Pemangkasa
Pada tanaman Ketela pohon perlu dilakukan pemangkasan/pembuangan tunas karena minimal setiap pohon harus mempunyai cabang 2 atau 3 cabang. Hal ini agar batang pohon tersebut bisa digunakan sebagai bibit lagi di musim tanam mendatang.

2.4.5. Pemupukan
Pemupukan dilakukan dengan sistem pemupukan berimbang antara N, P, K dengan dosis Urea=133–200 kg; TSP=60–100 kg dan KCl=120–200 kg. Pupuk tersebut diberikan pada saat tanam dengan dosis N:P:K= 1/3 : 1 : 1/3 (pemupukan dasar) dan pada saat tanaman berumur 2-3 bulan yaitu sisanya dengan dosis N:P:K= 2/3 : 0 : 2/3.

2.4.6. Pengairan dan Penyiraman
Kondisi lahan Ketela pohon dari awal tanam sampai umur + 4–5 bulan hendaknya selalu dalam keadaan lembab, tidak terlalu becek. Pada tanah yang kering perlu dilakukan penyiraman dan pengairan dari sumber air yang terdekat. Pengairan dilakukan pada saat musim kering dengan cara menyiram langsung akan tetapi cara ini dapat merusak tanah. Sistem yang baik digunakan adalah sistem genangan sehingga air dapat sampai ke daerah perakaran secara resapan. Pengairan dengan sistem genangan dapat dilakukan dua minggu sekali dan untuk seterusnya diberikan berdasarkan kebutuhan.

2.4.7. Waktu Penyemprotan Pestisida
Jenis dan dosis pestisida disesuaikan dengan jenis penyakitnya. Penyemprotan pestisida paling baik dilakukan pada pagi hari setelah embun hilang atau pada sore hari. Dosis pestisida disesuaikan dengan serangan hama dan penyakit, baca dengan baik penggunaan dosis pada label merk obat yang digunakan. Apabila hama dan penyakit menyerang dengan ganas maka dosis pestisida harus lebih akan tetapi penggunaannya harus hati-hati karena serangga yang menguntungkan dapat ikut mati.

2.5. Hama dan Penyakit

2.5.1. Hama
a) Uret (Xylenthropus)
Ciri: berada dalam akar dari tanaman. Gejala: tanaman mati pada yg usia muda, karena akar batang dan umbi dirusak. Pengendalian: bersihkan sisa-sisa bahan organik pada saat tanam dan atau mencampur sevin pada saat pengolahan lahan.

b) Tungau merah (Tetranychus bimaculatus)
Ciri: menyerang pada permukaan bawah daun dengan menghisap cairan daun tersebut. Gejala: daun akan menjadi kering. Pengendalian: menanam varietas toleran dan menyemprotkan air yang banyak.

2.5.2. Penyakit
a) Bercak daun bakteri
Penyebab: Xanthomonas manihotis atau Cassava Bacterial Blight/CBG . Gejala: bercak-bercak bersudut pada daun lalu bergerak dan mengakibatkan pada daun kering dan akhirnya mati. Pengendalian: menanam varietas yang tahan, memotong atau memusnahkan bagian tanaman yang sakit, melakukan pergiliran tanaman dan sanitasi kebun

b) Layu bakteri (Pseudomonas solanacearum E.F. Smith)
Ciri: hidup di daun, akar dan batang. Gejala: daun yang mendadak jadi layu seperti tersiram air panas. Akar, batang dan umbi langsung membusuk. Pengendalian: melakukan pergiliran tanaman, menanam varietas yang tahan seperti Adira 1, Adira 2 dan Muara, melakukan pencabutan dan pemusnahan tanaman yang sakit berat.

c) Bercak daun coklat (Cercospora heningsii)
Penyebab: cendawan yang hidup di dalam daun. Gejala: daun bercak-bercak coklat, mengering, lubang-lubang bulat kecil dan jaringan daun mati. Pengendalian: melakukan pelebaran jarak tanam, penanaman varietas yang tahan, pemangkasan pada daun yang sakit serta melakukan sanitasi kebun.

d) Bercak daun konsentris (Phoma phyllostica)
Penyebab: cendawan yang hidup pada daun. Gejala: adanya bercak kecil dan titik-titik, terutama pada daun muda. Pengendalian: memperlebar jarak tanam, mengadakan sanitasi kebun dan memangkas bagian tanaman yang sakit .

2.5.3. Gulma
Sistem penyiangan/pembersihan secara menyeluruh dan gulmanya dibakar/dikubur dalam seperti yang dilakukan umumnya para petani Ketela pohon dapat menekan pertumbuhan gulma. Namun demikian, gulma tetap tumbuh di parit/got dan lubang penanaman.

Khusus gulma dari golongan teki (Cyperus sp.) dapat di berantas dengan cara manual dengan penyiangan yang dilakukan 2-3 kali permusim tanam. Penyiangan dilakukan sampai akar tanaman tercabut. Secara kimiawi dengan penyemprotan herbisida seperti dari golongan 2,4-D amin dan sulfonil urea. Penyemprotan harus dilakukan dengan hati-hati.

Sedangkan jenis gulma lainnya adalah rerumputan yang banyak ditemukan di lubang penanaman maupun dalam got/parit. Jenis gulma rerumputan yang sering dijumpai yaitu jenis rumput belulang (Eleusine indica), tuton (Echinochloa colona), rumput grintingan (Cynodon dactilon), rumput pahit (Paspalum distichum), dan rumput sunduk gangsir (digitaria ciliaris). Pembasmian gulma dari golongan rerumputan dilakukan dengan cara manual yaitu penyiangan dan penyemprotan herbisida berspektrum sempit misalnya Rumpas 120 EW dengan konsentrasi 1,0-1,5 ml/liter.

2.6. Panen

2.6.1. Ciri dan Umur Panen
Ketela pohon dapat dipanen pada saat pertumbuhan daun bawah mulai berkurang. Warna daun mulai menguning dan banyak yang rontok. Umur panen tanaman ketela pohon telah mencapai 6–8 bulan untuk varietas Genjah dan 9–12 bulan untuk varietas Dalam.

2.6.2. Cara Panen
Ketela pohon dipanen dengan cara mencabut batangnya dan umbi yang tertinggal diambil dengan cangkul atau garpu tanah.

2.7. Pascapanen

2.7.1. Pengumpulan
Hasil panen dikumpulkan di lokasi yang cukup strategis, aman dan mudah dijangkau oleh angkutan.

2.7.2. Penyortiran dan Penggolongan
Pemilihan atau penyortiran umbi ketela pohon sebenarnya dapat dilakukan pada saat pencabutan berlangsung. Akan tetapi penyortiran umbi ketela pohon dapat dilakukan setelah semua pohon dicabut dan ditampung dalam suatu tempat. Penyortiran dilakukan untuk memilih umbi yang berwarna bersih terlihat dari kulit umbi yang segar serta yang cacat terutama terlihat dari ukuran besarnya umbi serta bercak hitam/garis-garis pada daging umbi.

2.7.3. Penyimpanan
Cara penyimpanan hasil panen umbi ketela pohon dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a) Buat lubang di dalam tanah untuk tempat penyimpanan umbi segar ketela pohon tersebut. Ukuran lubang disesuaikan dengan jumlah umbi yang akan disimpan.
b) Alasi dasar lubang dengan jerami atau daun-daun, misalnya dengan daun nangka atau daun ketela pohon itu sendiri.
c) Masukkan umbi ketela pohon secara tersusun dan teratur secara berlapis kemudian masing-masing lapisan tutup dengan daun-daunan segar tersebut di atas atau jerami.
d) Terakhir timbun lubang berisi umbi ketela pohon tersebut sampai lubang permukaan tertutup berbentuk cembung, dan sistem penyimpanan seperti ini cukup awet dan membuat umbi tetap segar seperti aslinya.

2.7.4. Pengemasan dan Pengangkutan
Pengemasan umbi ketela pohon bertujuan untuk melindungi umbi dari kerusakan selama dalam pengangkutan. Untuk pasaran antar kota/ dalam negeri dikemas dan dimasukkan dalam karung-karung goni atau keranjang terbuat dari bambu agar tetap segar. Khusus untuk pemasaran antar pulau maupun diekspor, biasanya umbi ketela pohon ini dikemas dalam bentuk gaplek atau dijadikan tepung tapioka. Kemasan selanjutnya dapat disimpan dalam karton ataupun plastik-plastik dalam pelbagai ukuran, sesuai permintaan produsen.

Setelah dikemas umbi ketela pohon dalam bentuk segar maupun dalam bentuk gaplek ataupun tapioka diangkut dengan alat trasportasi baik tradisional maupun modern ke pihak konsumen, baik dalam maupun luar negeri. (Anonim)


Sumber : http://www.borneoenergi.co.cc/2009/10/budidaya-tanaman-singkong.html